Senin, 14 Maret 2011

Prabu Aeng

Sang Putra Langit.

kuperkenalkan; Prabu Ulun Sadega. dia adalah seorang Putra Langit. tak pernah kutahu bahwa dia adalah keturunan para Dewa penjaga bumi sebelumnya. dan jujur (berat kukatakan) sebenarnya dia adalah alter ego-ku sendiri.

awalnya aku hanya merasa dia adalah alter ego-ku. sehari-hari kupanggil dia dengan 'hey' atau 'eh, kamu'. begitu saja. normal dan wajar.

dan setelah kutahu bahwa dia adalah Putra Langit, uh, setengah mati aku menjaga jiwaku agar sampai tidak gila atau mungkin kena guna-guna, teluh atau apapun semacamnya. maksudku, bisa saja alter ego-ku itu secara tidak sengaja dan tanpa dia sadari telah mempengaruhi jiwaku, atau diam-diam energi gaibnya tidak sengaja melukai aku. ah, entahlah. tapi cukup, cerita kali ini tidak akan mengisahkan tentang aku. tapi tentang alter ego-ku.

Kayu Manis.

Pria jangkung_kurus itu bernama Kayu Manis. dia seorang pencari kayu bakar. kulitnya hitam. namun wajahnya begitu manis. auranya adalah aura lelaki kayu. dingin tampaknya. namun penyayang luar biasa. dan luar biasa pula keras kepalanya.


mereka berdua.

adalah sahabat. kadang aku cemas jika hey atau eh, kamu tidak menemaniku barang satu menit. pernah suatu hari aku tiba-tiba keluar_masuk toilet. tahu untuk apa? menangis. ya, hanya untuk menangis.

tidak tahu, hari itu aku begitu melankolis. maklum, aku sedang merindui seseorang, Kekasih. Kekasih adalah kekasihku. dan dia memang menyebalkan, tak pernah mengabari aku. aku takut kehilangan dia. padahal, aku tak pernah memilikinya. sementara hey atau eh, kamu juga ikut-ikutan tidak menemaniku. padahal biasanya, hey atau eh, kamu selalu ada di sekitarku. duduk di sudut kamarku, berdiri di ujung jalan rumahku, berjalan di sampingku, menatapku lekat-lekat dari kursi seberang (jika kami sedang ada dalam satu ruangan yang sama, misalnya ketika kami berada di ruang kerjaku). sungguh, hey atau eh, kamu tak pernah meninggalkan aku barang sedetik. tapi hari itu dia menghilang...

jingga.

sore itu aku melihat matahari begitu 'cantik'. kukatakan begitu karena aku agak kurang suka matahari. panas. alasannya seperti biasa, sederhana, aku begitu suka hujan. selalu membuatku nyaman.

hey atau eh, kamu, kamu dimana? aku kesepian...

aku mencari kebeberapa tempat. tapi dia tidak kutemui. hingga di ujung jalan itu aku melihatnya. sedang duduk berdua bersama Kayu Manis. dua sahabat itu sedang apa? agak aneh aku melihatnya.

aku menghampiri mereka.

"kalian sedang apa?" tanyaku.

Kayu Manis yang sejak tadi menundukkan wajahnya, seketika melihat ke arahku, dan... ya Allah... apa itu? kenapa? ada apa dengan wajahnya? warna kulit wajahnya sangat pucat. sangat. matanya merah menyala. mengerikan. dan aku seketika itu mundur beberapa langkah, bergerak cepat ke samping alter ego-ku, hey atau eh, kamu.

bertukar 1.

haruskah? tidak boleh! jangan alter ego-ku. aku menyayanginya. hanya dia temanku.

haruskah? kenapa yang harus adalah dia?

257 SM

ketika itu bumi sedang dirundung perang saudara. antara Kerajaan Ing Lintang dengan Kerajaan Kayu Aeng. dua kerajaan itu terlibat sengketa atas wilayah kekuasaan. Kerajaan Ing Lintang yang sebenarnya memiliki istana di bintang mengaku bahwa mereka memiliki wilayah kekuasaan juga di bumi. sementara Kerajaan Kayu Aeng yang sejatinya adalah penguasa bumi, tidak terima. alasannya adalah pihak Kerajaan Ing Lintang hampir membumihanguskan beberapa wilayah yang berpenduduk, dengan siasat serangan fajar. sadis dan tanpa ampun.

27 Oktober 2010

aku sedang menunggu bus di halte dekat Stadion Persib. tiba-tiba hey atau eh, kamu datang. aku melihatnya berdiri disampingku. aku diam saja, wajahku kubiarkan cemberut. aku kesal padanya.

"Sayang..." hey atau eh, kamu menyapaku ragu-ragu. sementara aku berjalan menjauh. dia mengikutiku seperti biasanya.

"Sayang, aku minta maaf. temanku Kayu Manis itu sedang mengalami musibah."

"ya, aku bisa lihat dari wajahnya kemarin itu." kataku masih kesal.

"sungguh, Sayang. Kayu Manis sedang butuh aku sekarang."

"lalu kau pikir aku tidak membutuhkanmu? menurutmu baik tiba-tiba menghilang dan sama sekali tanpa kabar? kau terlalu!" aku semakin gusar. dan orang-orang di sekeliling kami bingung melihatku bertingkah aneh. bergumam sendirian, tidak jelas. sudah seperti orang gila.

"Sayang, cobalah lebih peka. sedikit lebih mengerti..."

"oh, jadi kau pikir aku tidak peka? kau pikir aku tidak pengertian? oh, ya, memang! aku memang egois, kasar, ceroboh, bodoh, keras kepala, dan ya tentu saja aku jorok, semuanya! semuanya!"

"Sayang, maksudku..."

"logikamu itu! jangan jejali aku dengan logikamu! aku tidak cukup pintar untuk memahaminya. jelas? aku rasa cukup jelas."

lalu aku naik ke dalam bus, pulang. meninggalkan alter ego-ku di halte, sendirian.

maaf.

dia sudah berdiri di sana dengan gaya 'cool'-nya. uh, ganteng sekali! tapi tetap saja dia menyebalkan.aku berjalan di depannya. tak acuh padanya, sama sekali.

"Sayang..." dia menarik tanganku. aku hanya menatapnya. "Sayang, maafkan aku."

"tolong, maafkanlah dia, Sayang. dia tidak salah apapun. dia orang suci. aku yang salah." Kayu Manis tiba-tiba bicara. ternyata aku tidak sadar bahwa Kayu Manis sudah duduk sejak tadi didekat hey atau eh, kamu. wajahnya masih pucat. sudah seperti mayat_hidup. dan matanya semakin merah_menyala. Kayu Manis sudah seperti monster. aku takut. aku kesal. tapi aku kasihan. "ya. aku maafkan..." akhirnya aku menyerah. aku terlalu sayang pada alter ego-ku itu. tapi aku langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

bertukar 2.

malam itu hujan deras. angin dan dingin saling berlomba untuk menunjukkan kehebatan mereka pada manusia. beberapa kali terlihat kilat lalu disusul suara petir.

dia memanggilku.

alter ego-ku sudah ada di luar kamarku. dan memanggilku keluar, "Sayang, aku mau bicara."

dengan agak malas aku keluar kamar, "kenapa tak langsung masuk saja?"

"khawatir jilbabmu."

"kau tahu aku tak pernah melepasnya."

"ya, aku tahu."

"ada apa?"

"aku pamit."

aku terkejut, dan sangat marah.

"kenapa sih? kau selalu saja seenaknya?"

"Sayang, ini penting."

"apalagi?"

"Kayu Manis akan mati jika aku tidak menolongnya malam ini."

"kenapa sahabatmu itu?"

"aku Prabu Ulun Sadega."

"ya, lalu?"

"kau tahu aku siapa?"

"ya, lalu?"

"kau tahu peristiwa itu 'kan?"

"ya, lalu?"

"kau ini kenapa, Sayang? jawabanmu hanya 'ya, lalu. ya, lalu. ya, lalu'?"

"ya, lalu harus kujawab apa? yang aku tahu kau alter ego-ku. itu saja. titik!"

"peristiwa itu akan terulang lagi."

"apa?"

"ya, Sayang. peristiwa itu akan terulang lagi. dan aku harus membantunya."

aku duduk di lantai begitu saja. menangis.

lalu alter ego-ku ikut duduk di depanku. menarik ke dua telapak tanganku yang menutupi wajahku. dia menyeka air mataku."Sayang.., aku akan baik-baik saja." lalu alter ego-ku pergi meninggalkan aku.

ksatria

aku ksatria.

pertarungan

aku harus bangun. sejak pukul empat pagi tadi aku belum juga beranjak dari tempat tidurku, -kecuali untuk shalat subuh- dan masih berbaring malas di balik selimutku. lalu aku bergerak membuka gorden kamarku.

hari sudah agak siang. tapi di luar sana langit begitu mendung. sesekali terlihat kilat disusul dengan petir yang luar biasa dahsyat. beberapa pohon tumbang di ujung jalan rumahku. hujan mulai turun, dan langsung deras mengguyur Bandung. aku... takut.

beberapa hari ini aku merasa diikuti. sering aku melihat bayangan hitam berkelebat di sekitarku, tidak hanya ketika aku sendiri, tapi juga ketika aku sedang dalam keramaian. dan kepalaku jadi sering sakit, pusing. aku demam.

aku melihat jam di ponselku. pukul 10.13. tiba-tiba ruang sempit di otakku terbuka_kembali. aku ingat kamu, Kekasih. dimana kamu Kekasih? kau tiba-tiba menghilang. aku lupa, kau tidak pernah menjadi milikku.

aku kembali berbaring. memutar music player diponselku. menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. lalu meleleh_menangis. begitu saja.


sementara itu, di bagian lain Bandung.

tempat itu tidak tampak pada peta kota bandung. sengaja. tempat itu bernama Luh Panawang. tempat dimana dulu, pernah berdiri dengan megah dan berjaya sebuah kerajaan. Kerajaan Kayu Aeng. masih ingat bukan?

tempat itu kini hanya berupa tanah luas dengan dipenuhi rumput gajah_tinggi dan beberapa semak ilalang di beberapa bagiannya. aku melihat alter ego-ku di sana. dia duduk bersila. tangannya disilang didepan dadanya. matanya terpejam. apa yang sedang dilakukannya?

aku memanggil-manggil namanya. tapi dia sama sekali tidak mendengarku.

tak jauh dari alter ego-ku, aku melihat sosok tinggi besar dengan pakaian lengkap khas raja-raja Jawa zaman dulu. sosok itu memegang sebilah keris yang di ujungnya kudapati api_hitam yang menyala-nyala. api itu menyambar-nyambar ke arah alter ego-ku. sementara Kayu Manis berdiri gelisah di dalam sebuah kerangkeng kayu. dia dihujani jarum-jarum tajam, yang jika kuperhatikan jarum-jarum itu berkilauan_panas, aku tebak itu semacam pecahan komet. entahlah.

lalu, bayangan hitam itu kembali muncul. tapi kini semakin jelas. berdiri, oh tidak. tepatnya melayang di atas permukaan tanah. mengerikan! wajahnya hitam. matanya hitam. giginya, dan lagi-lagi bukan gigi, tapi taring-taring tajam menyeringai sinis dan sadis ke arahku. kakinya tidak terlihat, tertutupi jubahnya. sementara kukunya lebih mengerikan. kukunya tercipta dari besi yang tajam seperti pisau. kemudian, bayangan itu menarikku ke dalam pusaran angin yang begitu gelap dan dalam.

ya Allah... tubuhku kebas. aku mulai kehilangan penglihatanku. tapi aku masih bisa menangkap ada banyak sinar-sinar merah seperti api. aku mendengar bunyi-bunyi yang bergemuruh dan disusul banyak sekali ledakan. dan aku juga mendengar suara teriakkan seorang lelaki. aku hafal suaranya, itu suara Kayu Manis. ada apa dengan Kayu Manis? bagaimana dengan alter ego-ku? eh, kamu....!!!

ya Allah, tolong...

Kekasih, aku menyayangimu. kau belum pernah bertanya padaku; apa aku takut kehilanganmu? kupastikan aku akan menjawab; ya. tapi kau hanya makhluk. dan sungguh aku tahu, Allah Maha Baik. Kekasih kau adalah kekasihku, rumahku (semoga). percayalah, hey, kamu adalah alter ego-ku. hanya alter ego-ku saja.

oh, seharusnya itu kukatakan sejak kau masih bersamaku, Kekasih. sekarang kau dimana? aku merinduimu? terasakah?

dan kini pusaran anginnya semakin menarikku ke dalamnya. Kekasih, aku ingin bertelepati denganmu. dengarlah. bantu aku. aku membutuhkanmu. panggil jiwanya untukku, ya Allah. hubungkan kami. meskipun aku dan Kekasih bukanlah sepasang kekasih, aku yakin bahwa takdir kami adalah sama. kami berada pada satu karma yang sama. duh Gusti Allah, kula nyuwun lupita bilahi kabeh. guna duduk pan sirna.

aku pasrah...

lalu aku merasakan ada sesuatu menarik tanganku. hangat. sesuatu itu adalah sebuah sinar putih yang melilit di tanganku dengan sangat halus dan hati-hati. lalu ada banyak kilauan cahanya berwarna-warni meliputi tubuhku. rasa sakitnya tiba-tiba menghilang. aku merasa nyaman. dan aku tidak ingat apapun lagi.

cemara berakar

aku membuka mataku. dan Kekasih! dia ada di kamarku. tapi, sedang apa?

aku langsung panik dan meraba kepalaku.

"jilbabmu masih sempurna." Kekasih tersenyum padaku.

"ya. ya. ya." kataku seketika sadar bahwa aku memang masih mengenakan jilbabku. lalu aku mengedarkan pandanganku sekeliling kamar.

"kau mencari hey, kamu?"

aku kaget, Kekasih tahu tentang hey, kamu. "eh, iya." aku menjawab sambil memperbaiki posisiku, agak aneh ada di depan Kekasih dengan posisi tertidur. lalu aku duduk.

"tadi dia pamit. dia titip salam untukmu."

aku diam. menangis.

"lebih dari yang kau tahu. alter ego-mu sangat menyayangimu. tapi jika dia selalu ada di sampingmu, maka kau akan terluka. percayalah dia baik-baik saja. dia menitipkan ini padaku agar memberikannya padamu. dan sahabanya, Kayu Manis, juga baik-baik saja. tadi pun dia menjengukmu."

kemudian Kekasih menyerahkan sebuah kalung berliontin... udara! yang benar saja!! tapi memang benar, liontinnya bergerak-gerak teratur hampir membentuk lingkaran. kusentuh, dan menembus. rasanya dingin. dingin sekali, tapi damai.

"sudah selesai belum menganguminya?"

aku langsung melihat ke arah Kekasih. aku hampir lupa Kekasih ada bersamamku sekarang. "eh..."

"kau milikku sekarang. kau kekasihku sekarang. telepatimu berhasil terhubung denganku. karena Allah mengizinkannya. kita berada dalam satu karma sekarang. saling menjaga ya, Sayang."

"eng..." aku bingung mendengar laki-laki bernama Kekasih itu berbicara begitu banyak. dan tidak ada satu pun yang kupahami. kenapa tidak buat kalimat sederhana saja? atau aku saja yang menyederhanakannya.

"jadilah kekasihku, Kekasih..."

"ya. sekarang aku kekasihmu, Sayang."

oh, ya Allah, apa-apaan ini? aku jadi merasa tidak suci lagi. merasa tercemari oleh cinta makhluk yang semu. tapi aku sekarang punya kekasih. dia benar-benar jadi kekasihku. dan aku hanya tersenyum melihat lingkaran udara yang berputar-putar pada kalung pemberian alter ego-ku. aku tidak percaya.

"bagaimana keadaanmu?"

"oh, alhamdulillah aku baik-baik saja."

"kalau begitu ikutlah denganku."

"kemana?"

"ikut saja dulu."

akhirnya aku menuruti keinginannya.

aku berjalan disamping Kekasih. oh, menyenangkan sekali. ya, meskipun aku masih begitu kehilangan alter ego-ku.

kami sampai di sebuah padang rumput hijau_terbuka. luas sekali. tak ada apapun. hanya rumput dan wanginya. udaranya segar, begitu bersih.

Kekasih memintaku menunggu beberapa saat. lalu dia kembali dengan membawa sesuatu. tahukah? dia membawa sebatang pohon cemara yang dikerdilkan. ukurannya hanya sekitar dua puluh centimeter. cemara itu ditanam dalam sebuah pot kecil_bening dari kaca, aku bisa melihat dengan jelas akar-akar serabutnya menempel pada dinding pot kacanya. cemara berakar itu dibungkus dalam plastik bening dengan motif balon gelembung sabun berwarna hijau. di bagian atas plastik itu dibiarkan terbuka, namun di ke dua sisi ujungnya diikat dengan pita yang juga berwarna hijau.

"untukmu."

aku agak ragu. baru kali ini ada seorang laki-laki memberiku... apa ini? bukankah seharusnya bunga mawar? atau krisan? atau lili? tapi Kekasih memberiku tanaman. cemara berakar.

"terimakasih." lalu aku mencium wangi cemara berakar itu melalui bagian atas plastik pembungkusnya yang sengaja dibuat terbuka. wangi. lebih wangi dari bunga potong.

"bagaimana?"

"aku suka :)"

namanya hey atau eh, kamu adalah alter egoku.namanya Kekasih adalah kekasihku; sekarang, besok, dan seterusnya.namaku Sayang. dan bukan lagi Sendiri.

selesai.

sungguh, aku hanya berpikir sederhana. bahwa hidup adalah sebab akibat. menjaga adalah hal sempurna. berbuatlah sesukaku. maka bersiaplah kau pun begitu. atau berbuatlah sesukaku, lalu kau tetap kukuh menjaga. maka bersiaplah hey aku, jika Allah akan membuangku darimu. dan percayalah aku tidak akan pernah siap untuk itu. maka, kita saling menjaga. aku sayang kamu :)

09112010_14.36, dalam hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar